Sarinah, Kisah Janda Muda dengan Tiga Anak: Sebuah Novel

 Sarinah,  janda muda dua puluh sembilan tahun, dengan tiga anak, Sul (Sulaiman Asandi) dua belas tahun, Pul (Saiful Asandi) enam tahun, dan Mul (Mulyadi Asandi) dua tahun, harus hijrah ke Jakarta, dengan rencana awal menumpang tinggal di rumah Om Sar, adik bapaknya. Namun, begitu ia tiba di Jakarta, didapatinya rumah Om Sar sudah tak bertuan. Om Sar sudah meninggal setahun silam, dan keluarganya pindah entah ke mana.



Setelah mendapati rumah Om Sar kosong, Sarinah terpaksa menyewa rumah kecil nan kumuh, mengingat uang yang ia bawa, dari hasil menjual tanah kebun milik orangtuanya di Bangka, tidak seberapa, hingga ia harus ketat dalam membagi uang untuk banyak keperluan.

Sarinah mulai memikirkan pekerjaan. Ia mendatangi beberapa kios dan ruko penjual beras, obat, sampai kosmetika, namun tak ada peluang baginya.

Hingga ia bertemu Iyam, penyalur pembantu rumah tangga, baby sitter, sampai tukang kebun. Melalui Iyam, Sarinah bertemu Fatma, yang lagi butuh jasa tukang cuci gosok. Sarinah pun bekerja di rumah Fatma. Namun, upah yang diterima hanya sempat melintas, habis sebelum gajian berikutnya tiba.  Ia terpaksa menambal kebutuhan dapur dengan berhutang di warung.

Untuk mensiasati sisa uang yang tak seberapa. Sarinah putar otak, hingga tebersit bubur perang. Bubur peninggalan kakek buyutnya yang hidup di zaman perang kemerdekaan, yang dibuat sengaja untuk mengirit persediaan bahan makanan.

Bersama bubur perang, Sarinah melewati hari sulit bersama anak-anaknya, sampai ia mendapatkan penghasilan tambahan, dengan menerima cuci gosok yang dikerjakan dari rumah. Juga menerima tawaran dari keponakan Fatma, yakni Fani, untuk mencuci gosok di rumah Fani.

Sarinah pun berencana menambah penghasilan baru. Ia pun mendatangi rumah gedong, pemiliknya, Supengnok, yang istri ketiganya baru saja melahirkan. Sarinah pun bekerja di sana. Tapi Supengnok, juragan besi tua yang bertampang “unik”, jatuh hati pada Sarinah, dan berniat menikahi Sarinah, untuk jadi istri keempat. Tapi Sarinah menolak. Supengnok tak terima, penolakan Sarinah serupa hinaan baginya. Sedang ia sudah royal habis-habisan pada Sarinah dan anak-anak.

Sarinah pun berhenti bekerja dari rumah Supengnok. Ia memutuskan mencari penghasilan tambahan untuk cuci gosok yang ia kerjakan dari rumah. Usaha itu mempertemukan Sarinah dengan Burhan, guru (honorer) Sul, yang kesengsem pada Sarinah pada pandangan pertama. Burhan, lajang  tiga puluh tujuh tahun, memiliki kesulitan pedekate dengan perempuan, hingga status bujang lapuk eksis dalam dirinya.

Dari Burhan, yang menjanjikan padanya untuk membantu menawarkan jasa cuci gosok Sarinah pada tiga teman kontrakannya, Sarinah lalu mendapatkan Amran, Choky, Sabarno,  teman Burhan, serta seorang karyawati sebuah rumah kost, hasil referensi temannya, Nur. Penambahan jumlah pelanggan  menjadikan tenaga Sarinah kelimpungan. Ia terpaksa berhenti kerja dari rumah Fatma dan Fani.

Gonta Ganti Kerjaan

Berawal dari sebuah mesin cuci bekas, Burhan menawari Sarinah kerja sama usaha laundry, Sarinah setuju. Usaha laundry terbangun, kedekatan Burhan dengan Sarinah pun demikian. Burhan pun mulai berani mengutarakan niat untuk menikahi Sarinah. Bersama usaha laundry yang bernama Laundry Kinclong Klin yang tengah berjaya, Burhan dan Sarinah menikah.

Tapi, sekian bulan menikah, usaha laundry itu bangkrut, sebab salah satu karyawan membawa kabur uang mereka, hingga usaha jadi limbung dan tutup. Sedang Sarinah tengah mengandung.

Usaha laundry yang gulung tikar, keuangan Burhan dan Sarinah pun berantakan. Hingga niat keduanya untuk berdagang bubur perang kecil-kecilan jadi tersendat. Namun, adanya Choky, yang senang hati membantu meminjamkan uang pada Burhan, usaha bubur perang berjalan dengan sederhana.

Dimulai dengan menjual kelilingan dengan motor di pagi hari, dan jika bersisa cukup banyak, bubur perang yang dikemas dalam kantong plastik bening  itu dititipkan di warung dekat rumah. Di hari libur, Sul ikut membantu berjualan. Perlahan, Sarinah dan Burhan menemukan kebangkitan lagi dari usaha bubur perang, yang mereka jual dengan tenda sejak sore hingga malam hari, juga dengan gerobak di teras rumah.

Prześlij komentarz for "Sarinah, Kisah Janda Muda dengan Tiga Anak: Sebuah Novel"